BANGKO– Gunung Masurai dengan ketinggian 2.935 di atas permukaan laut yang terletak di Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin merupakan salah satu objek wisata bagi pendaki gunung.
Ketua Umum Mata Angin STKIP YPM Bangko, Yusierlina menyebutkan, Gunung Masurai memiliki jalur menantang dan bisa memacu adrenalin.
Namun sebelum mendaki Gunung Masurai, ada baiknya jika memperhatikan dan memahami apa saja pantangan dan larangan sebelum mendaki, agar tidak menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan ataupun tersesat.
“Pertama, bagi pendaki perorangan maupun organisasi yang hendak mendaki, sebaiknya harus membuat surat pemberitahuan yang ditujukan kepada Polsek, atau bisa juga ditujukan kepada Kepala Desa setempat,” ujarnya.
“Pantangan dan larangan biasanya banyak disarankan kepada wanita, karena wanita tidak jujur sebelum mendaki, misalnya kalau dia sedang halangan sebenarnya tidak bisa naik gunung, karena fisik kurang, selain itu kalau sedang halangan bisa mengundang binatang buas atau mahluk gaib,” kata Yusierlina.
Sementara untuk laki-laki, saat melakukan pendakian dilarang berbuat yang tidak senonoh seperti membawa narkoba atau buang air sembarangan di dalam hutan.
“Kalau mau naik gunung Masurai ada jalur yang bisa dilewati, pertama jalur Desa Sungai Lalang dan Desa Tanjung Berugo. Namun biasanya pendaki banyak menggunakan jalur Desa Sungai Lalang,” jelasnya, dilansir dari jambi.siberindo.co grup siberindo.co.
Sebelum masuk pada pintu rimba ada hal lain yang harus diwaspadai dan diperhatikan, yaitu jalur jalan di dalam kebun kopi warga, jika tidak paham maka bisa tersesat dalam kebun kopi karena jalur jalan terlalu banyak.
“Untuk mendaki gunung menghabiskan waktu 8 hingga 10 jam perjalanan baru bisa sampai ke puncak, kalau waktu yang tepat untuk mulai naik sesudah sarapan pagi mulai jam 8 pagi,” jelasnya lagi.
Yusierlina menyebutkan, jika ingin turun dari gunung hanya memakan waktu yang lebih sedikit sekitar empat jam sudah bisa sampai ke desa warga.
“Minimal jika ingin melakukan pendakian gunung Masurai harus ada pendamping agar lebih aman. Pendamping bisa dari pencinta alam atau warga desa yang sudah pernah naik gunung,” katanya lagi. (*/cr1)